Sepakbola dan Cinta
Aku tinggal di sebuah kabupaten yang
terkenal akan candinya, namun tidak dengan klub sepakbolanya. Klub kebanggaanku
adalah Persikama Kabupaten Magelang. Persikama lahir tahun 1986, tetapi terus mengalami hal yang buruk, ada saatnya klub kami benar benar mati total
tidak ada yang peduli, ada juga saat dimana masyarakat sudah mulai peduli dengan
klub tanah kelahirannya hingga akhirnya ikut kompetisi meskipun belum punya
stadion sendiri. Hingga akhirnya pada bulan Juni tahun 2011, segelintir orang yang
peduli Persikama melakukan orasi di depan lapangan Drs. Soepardi (Sawitan) yang
letaknya di samping rumah dinas Bupati Magelang. Mereka menuntut agar
pemerintah peduli akan nasib Persikama, ada 3 tuntutan yang disampaikan, yang pertama Ikut
kompetisi, yang kedua Bangun stadion dan yang ketiga Adakan kompetisi internal
Kab. Magelang. Disaat itu juga, resmi terbentuk kelompok supporter dengan
nama Kamania Magelang Raya.
Saat itu tahun 2015, sewaktu aku kelas 3
smk, untuk pertama kalinya aku menonton Persikama. Pertandingan hari itu
Persikama vs Persiharjo Sukoharjo, aku duduk di tribun barat (vip) karena itu
baru pertama kalinya, sedangkan Kamania berada di tribun timur dengan anggota yang masih
sedikit bersama dengan orang-orang yang nantinya akan menjadi kelompok
supporter Persikama Fans 1986. Mulai saat itu, ketika Persikama main di kandang
akan kuusahakan untuk menonton. Tak lama kemudian, mulailah Liga Nusantara 2015
zona Jateng Gayeng, Persikama berada satu grup dengan PSD Demak, Persipa Pati,
Persiku Kudus, dan Persik Kendal. Dimulailah kompetisi dan disambut dengan
begitu antusias oleh masyarakat Kabupaten Magelang. Yang paling menarik adalah
ketika pertandingan kandang, tribun timur hampir selalu penuh, dan benar-benar
penuh total saat Persikama menjamu Persipa Pati, kala itu euforia kita sangat
tinggi. Saat itu pula Persikama mengikuti Piala Soeratin dan berada satu grup
dengan kakak, PPSM Magelang.
Ketika pertandingan antara Persikama vs
PPSM, supporter PPSM yang away sekitar 200-an orang sedangkan kita (supporter
Persikama) hampir memenuhi tribun timur. Saat itu Kamania menyanyikan chant
"kene adik, kono kakak, kono sitik, kene kebak" (di sini adik, di
sana kakak, di sana sedikit, di sini penuh), saat pertandingan berakhir ada
kelompok supporter PPSM yang turun ke lapangan dengan membentangkan bendera
sebut saja "Mgl boyz", itulah awal mula memanasnya hubungan kedua
supporter. Selama tahun 2015, Kamania melakukan gerakan yang tidak terpuji
yaitu blok/coret seluruh mural PPSM yang ada di Kabupaten Magelang, itulah
yang menjadi penyebab aku pindah haluan dari Kamania menjadi bagian dari Persikama
Fans 1986. Kompetisi 2015 tidak berakhir dengan sempurna karena saat itu Liga
berhenti di tengah jalan akibat dari P$$I yang dibekukan, sayang, padahal
euforia kami masih sangat tinggi. Saat akhir kompetisi 2015 sebelum Persikama
vs Tim Pra PON Jateng, Persikama Fans 1986 pindah dari tribun timur ke tribun
barat bagian utara. Sejak saat itu, disetiap laga kandang Persikama, Persikama
Fans 1986 selalu menempati tribun barat bagian utara. Apa yang terjadi di tahun berikutnya
sungguh menyedihkan. Oh iya aku lupa akan satu kejadian yang sangat-sangat
memprihatinkan, yaitu saat agustus 2015, Persikama vs tim Pra PON Jateng,
dimana saat itu Kamania dan Persikama Fans 1986 terlibat bentrok, saling lempar
batu. Memang selama kompetisi 2015, Persikama mulai memilik 2 kelompok
suporter, dan hubungan kedua kelompok tersebut bisa dibilang agak buruk. Beberapa
hari setelah bentrok, Kamania dan Persikama Fans 1986 melakukan kesepakatan
damai, toh mereka masih satu tujuan mendukung Persikama, ngapain juga mesti
ribut.
Tahun 2016 pembekuan P$$I resmi dicabut
Menpora, kemudian mulailah kompetisi TSC A, TSC B, & TSC C atau Liga Kopi.
Saat itu entah apa yang dipikirkan manajemen dan pemerintah, Persikama tidak ikut
kompetisi, itulah yang membuat euforia kita perlahan mulai menurun, banyak
orang yang memilih mendukung klub lain. Namun tetap ada orang-orang yang masih
tetap SETIA. Tahun 2016 benar-benar menjadi tahun yang buruk bagi kami dan bagi
Persikama. Tapi meski tidak ikut kompetisi, Persikama sesekali mengadakan uji
coba. Yang paling membanggakan adalah saat Persikama vs Timnas Indonesia U-19,
meski kalah 0-4 tapi setidaknya itu menjadi obat rindu bagi kami, sekaligus
suatu kebanggaan Timnas Indonesia merasakan rumput Stadion Gemilang. Kompetisi
tahun 2016 mulai memasuki fase akhir dan kompetisi 2017 sudah di depan mata,
saatnya fokus.
Tahun 2017, sebelum kompetisi resmi,
Persikama diundang untuk ikut kompetisi Dirgantara Cup yang digelar di Stadion
Maguwoharjo bersama tim-tim Liga 2 salah satunya Persebaya Surabaya dan beberapa tim
Liga 3 salah satunya Persibo Bojonegoro, sayangnya Persikama tidak satu grup
dengan Persebaya, dalam hati aku sangat ingin melawan Persebaya. Bermain di Maguwoharjo
mengingatkanku saat tahun 2015. Saat itu PSS vs Persikama dalam laga uji coba,
supporter Persikama berangkat dalam jumlah yang banyak, saat itu pula muncul
rumor di Twitter yang membuat hubungan antara supporter Persikama dan PSIM
sedikit memanas, karena adanya rumor bahwa Kamania menyanyikan chant yang agak
menyinggung, yakni "buat apa J*gj* buat apa J*gj*, J*gj* itu tak ada
gunanya" dan aku berani sumpah bahwa Kamania tidak menyanyikan chant
seperti itu di stadion, karena aku juga ikut away, jika memang kita menyanyikan chant
seperti itu bukankah Sleman fans harusnya juga marah, kan Sleman juga termasuk
D.I. Yogyakarta. Entah kebetulan atau tidak, setelah itu ada pertandingan
ujicoba antara PSIM vs Persikama di Stadion Mandala Krida. Karena rumor
itulah Kamania memutuskan untuk tidak away meski pihak Brajamusti welcome. Aku
dan temanku tetap berangkat away, yang pasti tanpa atribut. Saat di tengah perjalanan
kami disalip oleh bus yang membawa pemain Persikama, aneh ya, kok bus pemain
malah berangkatnya telat.
Begitu masuk area stadion langsung cari
tempat parkir, kemudian beli tiket tribun barat, langsung masuk stadion saja, setelah menemukan posisi duduk yang dirasa nyaman, aku melihat di vip bagian tengah ada beberala anggota Kamania yang mengenakan
atribut. Di tengah pertandingan aku mendengar chant yang tidak mengenakkan di
tribun selatan, potongan liriknya "sl*m*n** l*nt*" dan di tribun
utara ada juga beberapa "anak" bernyanyi "giallo nero
l*nt*" (giallo nero berarti kunig hitam, warna kebanggaan Persikama). Pertandingan
berakhir dengan kemenangan Persikama 0-1, diakhir pertandingan di tribun
barat bagian selatan ada yang melempar botol ke arah Kamania, pihak kemanan
langsung sigap mengamankan anggota Kamania tersebut. Ada hal lucu di
pertandingan ini, yaitu papan skor yang malah bertuliskan Persekama bukan Persikama,
entah karena panpel tidak tahu atau memang lagi khilaf, yang namanya Persekama
itu Kab. Madiun, sedangkan Persikama itu Kab. Magelang. Begitu pertandingan
berakhir aku dan temanku langsung pulang, untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Sampai rumah buka fb, ada info syal Persikama dibakar oleh oknum,
kemudian dari FP Persikama bis yang ditumpangi pemain dilempari batu, ada salah
satu kaca yang pecah. Sudah itu saja, takutnya pihak sana malah terbawa emosi kan
parah.
Tak lama kemudian P$$I memulai kompetisi
tahu 2017, yaitu Liga 1, Liga 2 dan Liga 3. Persikama ikut Liga 3 Zona Jateng
Gayeng, berada satu grub dengan Persiku Kudus, Persab Brebes, Persis KW dan
Persikaba Kab. Blora, Persikama juga mengikuti Piala Soeratin, lagi-lagi kami satu grub dengan kakak (PPSM)
bersama PSIK Klaten dan ISP Purworejo. Memulai kompetisi dengan Piala Soeratin,
away menghadapi PSIK sekaligus menjadi obat rindu kami akan Persikama, meskipun
jumlah Kamania dan PF86 yang away tidak begitu banyak, itu membuktikan bahwa
kita tetap setia dan loyal untuk Persikama. Supporter PSIK saat itu sangat
banyak bahkan tribun timur tidak muat, ada yang diatas tembok, bahkan turun ke
lapangan di belakang gawang karena memang belum ada tribun utara dan selatan. Kami(PF86) berada di tribun belakang gawang sebelah utara (Kamania di laga
ini menempati tribun timur). Di akhir pertandingan kami(PF86) berjalan mengelilingi
lapangan sambil bernyanyi "salam dari kami, salam hormat kami, kami dari
Persikama, kami Persikama Fans" dan behenti di pinggir bench pemain
Persikama untuk menyanyikan anthem Persikama Fans "Berdiri Untukmu".
Laga berikutnya adalah laga yang paling
dinanti yakni Persikama vs PPSM. Awalnya pertandingan berjalan lancar, kemudian tensi pertandingan mulai meninggi, sehingga penontonpun mulai memanas, aksi saling lempar antara PPSM fans dan Persikama Fans di
tribun barat tidak terhindarkan, pihak keamanan dan panpel berusaha untuk
meredakan situasi, kami(PF86) juga ikut membantu, yakni dengan melindungi
dan mengeluarkan penonton umum terutama ibu-ibu dan anak-anak serta
mengondisikan anggota PF86 agar tetap tenang dan jangan terpancing, hingga
akhirnya situasi benar-benar kondusif, tetapi pihak keamanan dan panpel terus
bejaga diantara keduanya. Sungguh, ini merupakan keteledoran panpel karena
menempatkan supporter tuan rumah dan tim tamu dalam satu tribun. Saat itu
juga menjadi pertanda baik bagi Kamania dan PF86 karena berkat kejadian itu
kedua kelompok suporter tersebut saling bersahutan chant, namun saat
pertandingan berakhir PPSM fans melaukan pengrusakan terhadap kantor KONI Kab.
Magelang yang ada di stadion. Akibat kejadian itu, saat PPSM vs Persikama,
pihak panpel melarang supporter Persikama untuk away.
Hal yang membuatku agak kecewa dari
kompetisi 2017 adalah jadwal pertandingan yang bebarengan antara Liga 3 dan Piala
Soeratin. Saat away melawan ISP misalnya, saat itu juga ada pertandingan kandang Persikama
vs Persab Brebes yang menjadi laga pembuka Liga 3 Zona Jateng Gayeng. Kita(Kamania
& PF86) fokus ke pertandingan kandang meski ada sedikit yang away ke Purworejo.
Penampilan Persikama di laga perdana sangat apik, mampu menang 3-0, namun di
pertandingan berikutnya terus mengalami penurunan terutama saat away, hanya
mampu 2 kali imbang saat menjamu Persab Brebes dan Persikaba Blora.
Di pertandingan kedua, Persikama away
ke Stadion Manahan menghadapi Persis KW, saat itu aku berangkat dari Jogja karena
aku sedang kuliah di Jogja, lumayan mengurangi waktu perjalanan. Aku berangkat
bersama seorang tema, naik motor, perjalanan yang lama dan melelahkan. Akhirnya
kami sampai di Stadion Manahan, di sana kita berkumpul dulu dengan anggota PF86
yang lebih dulu sampai dengan menaiki minibus. Karena haus, aku minta minum ke
mas Galang namanya, eh malah di kasih minuman jahat alias ciu, mas galang ini
capo di PF86. Di sisi lain Kamania “kulonuwun” dulu ke Pasoepati yang ada di
Manahan. Memang, kami(PF86) untuk masalah “kulonuwun” saat tandang dan
menyambut tamu saat kandang, kami pasrahkan ke Kamania. Dipertandingan ini panpel
menggratiskan tiket, PF86 di tribun barat bagian selatan bersama Kamania. Laga
dimenangkan Persis KW 3-0. Akhir pertandingan seperti biasa, menyanyikan anthem
terlebih dahulu, mulai dari Kamania dulu karena Kamania lebih tua dan tanpa
Kamania mungkin Persikama tidak akan bangkit. Setelah Kamania selesai baru PF86
yang menyanyikan anthem. Laga berikutnya, away Kudus aku tidak berangkat karena
tidak punya uang, kata temenku yang berangkat away, kita, baik Kamania maupun
PF86 disambut baik oleh SMM Kudus. Laga berikutnya pertandingan kandang melawan
Persikaba Blora, meski hari Rabu aku nonton, beruntung pas UTS jadi bisa pulang
awal.
Laga selanjutnya bagian yang paling
menarik, yaitu saat away Blora, jarak yang sangat jauh dari Jateng bagian tengah
ke Jateng perbatasan Jatim bagian utara, lebih parah lagi beberapa ruas jalan
sedang ada perbaikan, ada beberapa titik yang menggunakan sistem buka-tutup. Entah
kebetulan atau tidak, jadwal Persikama away Blora bebarengan dengan jadwal PPSM
away Purwodadi yang mana Purwodadi-Blora itu satu jalur. Sebelum berangkat, PF86
kumpul terlebih dahulu, saat kumpul teman-teman mulai membicarakan pertandingan
hari ini yang bebarengan dengan jadwal PPSM. Hadapilah semua dengan senyuman. Kamipun
berangkat menggunakan 2 mobil. Di perjalanan di Jalan Magelang-Salatiga, kami
melihat ada mobil PPSM fans, lalu temanku menelpon yang di mobil belakang agar
menyembunyikan atribut, takutnya malah terjadi masalah. Terus dalam perjalanan
hingga akhirnya sampailah di sebuah jalan, mobil kami perlahan belok kanan dan
mak tratap….kaget, kami melihat beberapa orang dengan atribut orange di warung
pinggir jalan. Mobil terus berjalan pelan, dan kaget lagi, di sebuah spbu terdapat
2 bis yang ditumpangi rombongan supporter PPSM dengan jumlah massa yang banyak,
saat itu semua yang ada di mobil sontak kaget, kata temenku, ibarat pengedar
narkoba yang melihat rombongan anggota BNN. Sontak melihat rombongan itu
kamipun lebih menyembunyikan lagi segala atribut yangg kami miliki, maklum lah
kami 2 mobil mereka 2 bus, coba bayangkan klo misal mereka tau kita PF86, “mungkin”
akan ribut nih, mana mobil kami hanya mobil rentalan, takut kalo mobil rusak
malah nambah biaya. Untung saja tidak terjadi apa-apa.
Mobil kami terus berjalan dengan kalem,
terus sampai di spbu berikutnya, dan lagi-lagi berpapasan dengan mobil PPSM
fans yang berhenti di sebuah warung. Setelah melewati perjalanan yang
menegangkan, akhirnya kami sampai di Stadion Kridosono, Blora. Kami langsung
beli tiket dan masuk ke tribun barat. Stadion ini kalau menurutku kurang terawat, karena tribun timur hanya bagian tengah saja, kecil banget, dan tribun
barat pun sama, dengan pagar yang udah berkarat. Ada kejadian yang bikin kami
jengkel, yaitu saat kita (Kamania & PF86) menyanyikan anthem, pertama saat
Kamania menyanyikan anthem supporter Blora bukannya “menghormati”
eh malah berisik. Kemudian saat PF86 menyanyikan anthem, supporter Blora di
tribun timur berjalan ke tribun barat untuk keluar stadion, tapi di depan
tribun barat lagi-lagi mereka sangat berisik seolah-olah tidak tahu bahwa anthem
suatu klub harusnya dihormarti. Dan yang lebih menjengkelkan lagi adalah saat
kami(PF86) masih menyanyikan anthem, ada satu supporter blora yang
teriak-teriak “Blora…Blora..Blora..” dan sumpah itu bikin kami semua jengkel,
tapi kami tetap melanjutkan anthem sampai selesai.
Kompetisi
terus berjalan hingga akhirnya tiba, pertandingan kandang terakhir. Persikama
vs Persis KW, dan akan kami(PF86) buat semeriah mungkin. Untuk pertandingan
terakhir ini aku hanya nonton saja di tribun barat karena aku bawa anak kecil, hanya nonton babak pertama saja, takutnya malah rewel minta
ini-itu malah repot. Di pertandingan terakhir, away Brebes aku gak berangkat
karena kuliah, dan harus presentasi, takutnya malah nilai jelek kan payah,
karena bagiku Kuliah yang utama Persikama secukupnya. Fase awal Liga 3 zona
Jateng Gayeng sudah berakhir. Penampilan Persikama bisa dibilang kurang
memuaskan, hanya 2 kemenangan, 2 imbang dan 4 kali kalah, tapi rapopo, fokus ke
musim selanjutnya saja. Info: juara Liga 3 zona Jateng Gayeng adalah Persik
Kendal setelah mengalahkan Peris KW adu pinalti. Persik Kendal sekaligus
menjadi perwakilan dari Jateng Gayeng.
Dan
aku baru denger nih, kalo Persis KW juga ikut Liga 3 Nasional, setau aku di
awal kompetisi Liga 3, regulasi menyatakan bahwa perwakilan dari zona Jateng Gayeng
hanya 1 klub. Tapi kok bisa Persis KW ikut Liga 3 Nasional secara Cuma-Cuma.
Yah, seperti biasa, kalau kata @mafiawasit sih “yang konsisten dari P$$I adalah
ketidakkonsintenan itu sendiri”.
Liga
3 zona Jateng Gayeng benar-benar berakhir, tinggal menunggu Liga 3 Nasional.
Itu aja sih yang
bisa aku ceritakan, intinya adalah support terus klub kebanggan dan tanah
kelahiran kalian, tak peduli itu di kasta terendah sekalipun. Dukung dengan
hati dan dengan akal sehat. Jangan pernah jual sejarah klub hanya demi kebanggaan
yang semu. Lebih baik mendukung klub yang benar-benar ASLI dari kasta bawah
daripada mendukung klub yang bediri dengan membeli legalitas/lisensi klub lain
hanya demi tampil di kasta tertinggi. See you di kompetisi 2018.
-SUPPORT YOUR LOCAL TEAM-
Komentar
Posting Komentar